Dua Pilar Membangun Bangkalan Pasca Suramadu

STAMIDIYA Jumat, 3 Maret 2017 09:58 WIB
1662x ditampilkan Galeri Headline Laman Dosen Opini Headline

ABDUL RASID,S.Ag.,M.Pd.I : Untuk menjadikan Bangkalan sebagai sebagai salah satu Kabupaten terpenting di Jawa Timur yang menjadi incaran para investor local maupun para investor asing yang ingin menanamkan modalnya untuk membangun Bangkalan khususnya Jawa Timur Pasca JembatanSURAMADU. Setidaknya ada dua pelajaran penting yang harus menjadi pedoman khususnya masyarakat Bangkalan umumnya masyarakat Madura. Ada dua pilar penting yang harus dikedepankan oleh pemerintah dan masyarakat sehingga tidak tergilas atau terlindas oleh arus global yang akan menghantam Bangkalan Pasca Jembatan Suramadu nanti. Pertama yaitu harus menciptakan pemerintahan yang bersih, dan kedua yaitu harus menciptakan sistem pendidikan yang bagus (clean governance and good education). Apabila kedua hal ini dikesampingkan, sebagaimana yang kita rasakan selama ini, maka sekian besar modal sosial dan kekayaan alam bangkrut, lalu diperparah lagi dengan krisis ekonomi yang berkepanjangan, dekadensi moral yang semakin menyeramkan. Pemerintahan lemah, sementara masyarakatnya pesimis, dirundung berbagai problem sosial serta ekonomi yang semakin berat. Tanpa pemerintahan yang bersih dan pendidikan yang bagus mustahil semua problem masyarakat Bangkalan dapat terselesaikan, dengan demikian masa depan Bangkalan ini akan semakin suram.

Tuntutan pengelolaan pemerin-tahan yang professional dan akuntabel, ketika wacana demokrasi berkembang menjadi kesadaran umum masyarakat. Prinsip demokrasi yang bertumpu pada sentral Otonomi Daerah dalam proses sosial dan politik bertemu dengan prinsip-prinsip dasar good governance, yaitu sistem pengelolaan pemerintahan yang bersih dan berwibawa yang dirumuskan oleh pemerintah bersama komponen masyarakat madani.

Sejalan dengan prinsip diatas, pemerintahan yang baik itu berarti baik dalam proses maupun hasilnya. Semua unsur pemerintahan dapat bergerak dan terlibat secara sinergis, tidak saling berbenturan, memperoleh dukungan rakyat, dan bebas dari gerakan anarkis yang bisa menghambat proses pembangunan. Pemerintahan yang baik adalah jika pembangunan dapat dilakukan dengan biaya yang sangat minimal namun dengan hasil yang maksimal.

Hadirnya para pemimpin daerah dengan latar belakang Nasionalis dan Agamis yang merupakan cerminan figur sentral masyarakat Bangkalan secara nasionalis mereka adalah yang memiliki titisan darah pejuang sedangkan secara agamis kultur  mereka disegani oleh masyarakat yang mayoritas adalah kalangan santri dan ulama. Hal tersebut  merupakan perpaduan dua dimensi yang diharapkan dapat melahirkan pilahan cerdas dan solusi terbaik bagi Madura menyongsong berbagai kemungkinan yang akan terjadi pasca jembatan suramadu. Salah satu pilar  paling esensial adalah bagi keberlangsungan proses seleksi dan suksesi secara fair bagi tampilnya pemimpin yang dianggap paling memiliki kompetensi baik dari segi integritas maupun keahlian.

Kabupaten Bangkalan  kalau sudah memiliki pemerintahan yang demokratis dan pendidikan yang bagus berhak optimis untuk tampil dalam percaturan dan persaingan global. Keanekaragaman budaya, dan bahkan tradisi agama akan menjadi sumber sengketa dan malapetka kalau tidak bisa menjaganya dan mesikapinya dengan arif. Harapan besar bertumpu pada pemimpin-pemimpin  diatas untuk menciptakan sistem pemerintahan yang bersih (clean governance).

Sistem pendidikan dan model pembelajaran di Kabupaten Bangkalan yang nota benenya lembaga pendidikan pesantren sebagian besar masih bersifat  klasik, yaitu hanya terfokus pada  pembentukan karakter maupun pewarisan nilai-nilai budaya dari tradisi masyarakatnya, artinya kalau anaknya sudah mempunyai sikap positif dalam memelihara tradisi masyarakatnya, maka proses pendidikan tersebut  sudah dianggap selesai menjalankan misinya.

Dewasa ini sistem pendidikan di negeri ini menghadapi banyak tantangan yang berusaha mengancam keberadaanya, tantangan tersebut merupakan bagian dari sekian banyak tantangan global yang memerangi kebudayaan bangsa dimana kadang-kadang tampak dalam kedok politik, pendudukan militer, dan perang kebudayaan. Semuanya seperti terjalin dalam satu kekuatan yang berupaya memperdaya bangsa ini.

Selain itu percepatan arus modernitas yang mengambil segmen akselarasi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, meniscayakan kita untuk mengadakan perubahan dan perbaikan secara terus menerus dalam segala bidang kehidupan, tak terkecuali dunia pendidikan, yang selama ini kita terlibat didalamnya. Kata kunci adalah pencerahan dan pemberdayaan lembaga pendidikan menuju sistem pendidikan yang lebih baik (good education).

Finishing mega proyek Jembatan Suramadu dan paket industrialisasinya telah berada diambang mata. Satu sisi, “karya anak-anak bangsa” ini merupakan“berkah” bagi masyarakat Bangkalan, karena akan membawa banyak perubahan yang signifikan bagi lahirnya kultur positif yang antara lain mewujud sebagai; terbukanya banyak lapangan kerja baru; lahan-lahan kosong dan mati akan menjadi laha-lahan subur produktif; akses informasi komunikasi yang efektif dan handal; bahkan prinsip time is mony mau tidak mau harus menjadi performa kinerja dan produktifitas masyarakatnya. Namun, pada sisi lain, kita akan dihadapkan pula pada suatu realitas yang kontra produktif,                    yakni kemungkinan – kemungkinan tak terkontrolnya arus budaya luar yang masuk dan nempel pada slogan industrialisasi; lahirnya life style baru masyarakat Jawa Timur. Atas dasar pemikiran di atas maka pemberdayan (empowering) sistem pendidikan di Bangkalan harus dijadikan dasar untuk merubah pola dan sistem kehidupan masyarakat khususnya di Madura yang masih bersifat konsumtif menjadi masyarakat yang produktif.

Jalan pintas dan termudah yang dapat dilakukan adalah melalui programEmpowering sistem pendidikan menjadi lembaga pendidikan yang kompetitif dengan menghasilkaan out put dan out come yang produktif. Sehingga iconpenting dalam program industrialisasi pasca jembatan Suramadu yakni harapan menjadi “tuan di negeri sendiri” dan menjadi “pemain di kandang sendiri” akan segera terbukti dan terwujud.

Pendidikan yang baik menjadi icon terpenting untuk mewujudkan generasi bangsa yang berbudaya dan professional sehingga akhirnya akan menuntun pada terciptanya sistem pemerintahan yang bersih, bersih dari isu korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) yang selama ini telah mencabik-cabik harga diri bangsa Indonesia dan telah memperkosa kehormatan bangsa yang dikenal santun dan berbudaya.

Tugas berat kalau dipikul sendirian oleh pemerintah akan menjadi ringan apabila dijinjing secara bersama-sama dengan seluruh komponen lapisan masyarakat, yaitu selalu dan terus berupaya untuk menciptakan pemerintahan yang bersih dan pendidikan yang bagus (claen governance and good education). Semoga bermanfaat.

*salam silaturrahim : facebook.com/abdulrasyid.stamidiya